Belajar Agama di Era Digital? Yuk Kenalan dengan Diferensiasi Pembelajaran!
Belajar Agama di Era Digital? Yuk Kenalan dengan Diferensiasi Pembelajaran!
Di zaman serba digital seperti sekarang ini, semua serba cepat dan canggih. Belanja bisa lewat HP, ngobrol bisa lintas negara, dan belajar? Tentu saja juga harus ikut berubah! Termasuk belajar Pendidikan Agama Islam (PAI), yang dulunya identik dengan metode ceramah dan hafalan, kini dituntut lebih kreatif dan inovatif. Nah, salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah diferensiasi pembelajaran.
Apa Itu Diferensiasi Pembelajaran?
Coba bayangkan sekelas siswa yang terdiri dari berbagai karakter. Ada yang cepat paham, ada yang butuh waktu lebih lama. Ada yang suka belajar lewat video, ada juga yang lebih suka diskusi. Diferensiasi pembelajaran hadir sebagai solusi! Pendekatan ini memungkinkan guru menyesuaikan metode mengajar berdasarkan kebutuhan, minat, dan gaya belajar siswa.
Jadi, bukan siswa yang harus menyesuaikan diri dengan guru, tapi sebaliknya—guru yang fleksibel terhadap siswanya. Keren, kan?
Kenapa Harus Diterapkan di Pelajaran Agama?
Pelajaran PAI bukan cuma soal hafalan ayat atau sejarah nabi. Di era digital ini, tantangan makin kompleks. Anak-anak terpapar berbagai informasi dari internet—ada yang benar, ada juga yang menyesatkan. Maka dari itu, literasi menjadi sangat penting, terutama literasi digital dan spiritual.
Dengan pendekatan diferensiasi, siswa bisa belajar agama dengan cara yang mereka sukai dan pahami. Misalnya:
-
Siswa visual bisa diberikan infografis atau video dakwah.
-
Siswa kinestetik bisa diajak membuat proyek sosial.
-
Siswa verbal bisa menulis blog atau puisi islami.
Hasilnya? Proses belajar jadi lebih hidup, makna agama lebih dalam, dan kemampuan literasi mereka pun ikut meningkat.
Apa Kata Penelitian?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azizah dan Astutik (2025), penerapan diferensiasi dalam pembelajaran PAI terbukti mampu:
-
Meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa.
-
Membantu siswa lebih memahami nilai-nilai keislaman secara kontekstual.
-
Meningkatkan literasi keagamaan di tengah derasnya arus digitalisasi.
Penelitian ini juga menegaskan bahwa guru-guru PAI perlu terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi, agar pembelajaran lebih relevan dengan zaman.
Yuk, Berubah Bersama!
Kalau dulu belajar agama terasa membosankan, sekarang saatnya berubah! Dengan pendekatan diferensiasi, guru bisa menyulap kelas menjadi ruang belajar yang menyenangkan dan bermakna. Siswa tidak hanya diajak mengenal Islam sebagai ilmu, tapi juga sebagai nilai hidup yang aktual dan membumi.
Di era digital ini, menjadi cerdas saja belum cukup. Kita juga harus bijak dan berakhlak. Maka, belajar agama dengan cara yang tepat adalah kunci membentuk generasi yang literat dan berintegritas.
Komentar
Posting Komentar