Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa: Eksklusif, Inklusif, atau Liberal?



Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa: Eksklusif, Inklusif, atau Liberal?

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memiliki dinamika pemikiran yang unik, terutama dalam aspek keagamaan. Studi yang dilakukan oleh Munawar Rahmat (2012) dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam mencoba memetakan bagaimana mahasiswa aktivis Islam di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memahami dan menjalankan ajaran agama mereka. Hasilnya? Mahasiswa cenderung berpikir secara eksklusif dalam hal keagamaan.

Tiga Corak Pemikiran Keagamaan

Secara umum, pemikiran keagamaan mahasiswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama:

1. Eksklusif

Pemikiran eksklusif dalam agama berarti seseorang menganggap bahwa hanya keyakinan dan praktik keagamaannya yang benar, sementara yang lain salah atau bahkan sesat. Sikap ini sering kali dikaitkan dengan penolakan terhadap perbedaan dalam interpretasi ajaran Islam. Dalam penelitian Rahmat (2012), mayoritas mahasiswa aktivis Islam di UPI masuk dalam kategori ini. Mereka lebih condong untuk menegakkan hukum Islam secara ketat, bahkan mendukung gagasan seperti pemerintahan berbasis syariah secara penuh.

2. Inklusif

Di sisi lain, ada mahasiswa yang berpikir secara inklusif, yakni mereka yang mengakui bahwa ada kebenaran dalam berbagai interpretasi Islam. Mereka memahami bahwa perbedaan pandangan adalah bagian dari kekayaan intelektual Islam. Sebagai contoh, mahasiswa dengan pemikiran inklusif dapat menerima perbedaan mazhab dan tidak menganggapnya sebagai penyimpangan.

3. Liberal

Pemikiran liberal dalam agama adalah yang paling sedikit dianut oleh mahasiswa. Kelompok ini menekankan kebebasan berpikir dalam memahami Islam dan cenderung tidak terikat pada interpretasi tertentu. Mereka juga sering kali membuka diskusi tentang persamaan hak dalam hukum Islam, serta mempertanyakan beberapa ajaran tradisional dalam konteks modern.

Faktor yang Mempengaruhi Corak Pemikiran Mahasiswa

Beberapa faktor yang mempengaruhi corak berpikir keagamaan mahasiswa meliputi:

  • Latar belakang keluarga: Mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan organisasi keislaman tertentu, seperti NU atau Muhammadiyah, cenderung memiliki pemikiran yang lebih inklusif dibandingkan mereka yang tidak.
  • Lingkungan kampus: Aktivitas di organisasi keislaman intra-kampus sering kali membentuk pola pikir eksklusif, sementara mahasiswa yang aktif di organisasi ekstra-kampus, seperti HMI, lebih cenderung memiliki pemikiran inklusif atau bahkan liberal.
  • Media dan dakwah: Banyak mahasiswa mendapatkan informasi keagamaan dari media Islam atau ceramah para da’i, yang sering kali memperkuat pemikiran eksklusif mereka.

Implikasi terhadap Pendidikan Agama

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pendidikan agama di kampus, khususnya di UPI, masih belum mampu mengimbangi pemikiran eksklusif yang berkembang di masyarakat. Untuk menciptakan mahasiswa yang lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan, dibutuhkan pendekatan yang lebih seimbang dalam pembelajaran agama, seperti mendorong diskusi lintas mazhab dan memperkenalkan konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.


Sumber:
Rahmat, M. (2012). Corak berpikir keagamaan mahasiswa. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 10, 13-37.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai dan Konsep dalam Berbagai Agama: Pemahaman yang Menghubungkan Umat Manusia

Fitrah Manusia dalam Islam: Konsep dan Peranannya dalam Kehidupan

Sejarah Perkembangan Pemikiran Etika: Dari Yunani Kuno hingga Zaman Modern